Saturday, November 10, 2018

Sinopsis Film Negeri 5 Menara


"Negeri 5 Menara"

Identitas Film
Pemain          : Gaza Zubizaretta,Andhika Pratama, Donny  Alamsyah, Lulu Tobing, David Chalik, Ikang Fawzi
Sutradara       : Affandi Abdul Rahman
Cerita              : Ahmad Fuadi
Durasi             : 120 menit
Genre              : Drama
Produksi        : Simple Picture, KG Production, Million      Picture, IB perbankan syariah








Sinopsis Film
            Alif seorang anak laki-laki yang berasal dari Padang, Sumatera Barat tepatnya tepi danau maninjau, baru saja selesai menempuh pendidikan SMP nya. Ia bersama sahabatnya, Randai mempunyai cita-cita  yang sama yakni, ingin menjadi seperti Prof. B. J. Habibie yang menguasai bidang teknologi, serta mempunyai cita-cita untuk melanjutkan SMA di Kota Bandung dan berkuliah di ITB.
            Setelah berambisi kuat untuk bisa melanjutkan SMA di Kota Bandung, impian Alif harus terputus di tengah jalan, karena Amak (ibu Alif) menginginkan Alif untuk masuk ke sekolah agama atau pondok pesantren. Amak menginginkan anaknya(Alif) untuk bisa menjadi seseorang yang paham agama dan bermanfaat untuk umat. Amak ingin mengubah stigma masyarakat bahwa orang-orang yang masuk pesantren hanya anak nakal dan anak buangan saja.
            Awalnya, Alif marah kepada Amak dan tidak setuju dengan permintaan Amak yang tidak sesuai dengan apa yang ia cita-citakan. Sampai akhirnya, ia diajak ayahnya pergi ke pasar untuk menjual satu-satunya kerbau yang biasa digunakan untuk menggarap sawah keluarganya untuk mendapatkan biaya agar Alif dapat melanjutkan sekolahnya. Melihat pengorbanan orang tuanya, Alif pun mulai mengalah dan akhirnya mengorbankan cita-citanya untuk mengikuti kemauan Amak melanjutkan SMA ke Pondok Madani di Ponorogo, Jawa Timur.
            Alif berangkat dengan ayahnya ke Ponorogo dengan bus. Sampai di pesantren, Alif tidak serta merta diterima. Ia harus melaksanakan ujian masuk dan ternyata Alif diterima. Alif pun melanjutkan sekolahnya di Pondok Madani. Awalnya, Alif tak suka karena sistem pembelajaran di Pondok Madani berlangsung selama 4 tahun karena adanya kelas adaptasi yang berarti niatnya untuk berkuliah ke ITB harus tertunda. Namun, karena melihat semangat ayahnya dalam mendukung Alif, Alif pun belajar menerimanya walau dengan setengah hati.         Dalam hari-hari awalnya di Pondok Madani, Alif menyendiri saja karena belum sepenuhnya menerima melanjutkan sekolah ke pondok madani, namun lama-kelamaan Alif bertemu dengan kelima sahabat barunya yaitu Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Madura, Atang dari Bandung, dan Baso Salahuddin dari Gowa. Alif juga mulai mengenal teman-temannya yang lain, dan mengikuti kegiatan yang ada di Pondok Madani, ia aktif di bidang kegiatan jurnalistik Pondok Madani.
Semakin hari Alif makin dekat dengan sahabat-sahabat barunya yang sudah ia anggap sebagai keluarga sendiri, ia dan sahabatnya teregun-tegun dengan kalimat yang diberikan oleh Pak Salman pada hari pertama kali masuk kelas, yang mengajarkan “Man Jadda Wajada” yang artinya barangsiapa bersungguh-sungguh maka, akan berhasil. Hal itu menjadi dasar acuan untuk Alif dan sahabatnya semangat dalam mencapai cita-citanya.
Alif  biasa menamai dirinya dan sahabat-sahabatnya dengan sebutan shohibul  menara karena ia beserta kelima sahabatnya kerap bermain sembari memandang awan senja di bawah menara-menara yang ada di dekat masjid sambil menunggu adzan maghrib. Dalam pandangan mereka, awan-awan senja tersebut bagaikan membentuk benua benua yang ingin mereka tuju. Mereka punya mimpi yang sangat besar yakni ingin menjelajah dan mencari ilmu di dunia luar ataupun di pedalaman Indonesia.
Di tahun-tahun berikutnya, kehidupan Alif di pesantren menjadi lebih baik, karena dihiasi oleh sahabat-sahabat yang baik dan cerdas. Sampai akhirnya, ia menjadi tidak baik lagi akibat Baso sahabatnya dari Gowa memutuskan keluar dari Pondok Madani karena masalah ekonomi dan neneknya yang sedang sakit. Karena hal ini, Alif pun juga ingin keluar dari Pondok Madani karena teringat oleh mimpinya yang pernah terkubur yaitu kuliah di ITB. Awalnya hal tersebut disetujui oleh orangtuanya, namun setelah Alif berpikir lagi, teryata Pondok Madani memberikan banyak manfaat untuknya dan juga teman-teman yang baik. Akhirnya Alif pun tetap melanjutkan dan menyelesaikan pendidikannya di Pondok Madani hingga tahun keempat.
Singkat cerita Alif dan sahabat-sahabatnya pun berhasil mewujudkan cita-cita yang mereka dambakan saat itu di bawah menara awan senja dengan bekal mantra “Man Jadda Wajada”. Alif menjadi jurnalis VOA di New York, Raja di Jerman, Atang di Afrika, Baso di Asia, sedangkan dulmajid dan said cinta tanah air, mereka tetap di Indonesia. 

Hubungan Film dengan Tema yang Diberikan
Film ini memiliki kaitan dengan tema yang telah diberikan dalam ketentuan mata kuliah IBD. Film ini merupakan sebuah film islami bertema pengorbanan dan juga cita-cita. Dalam cerita, kita mengetahui bahwasanya Alif sebagai tokoh utama diminta ibunya untuk pergi melanjutkan sekolah ke sekoah agama, padahal Alif sudah lebih dulu memiliki rencana sendiri untuk berkuliah di ITB. Tetapi, karena rasa bakti dan cintanya kepada orang tua ia rela meninggalkan keinginannya dan mengikuti keinginan Amaknya. Lalu, film ini juga berisi mengenai perjuangan menggapai cita-cita yang mana di dalam cerita dijelaskan bahwa Alif dan temannya memiliki cita-cita besar yaitu menjelajah dunia dan menjadi orang yang sukses.





sumber rujukan : https://www.kompasiana.com/harris/550e7732a33311b32dba81ca/negeri-5-menara-antara-novel-dan-film

No comments:

Post a Comment

< > Home
Powered by Blogger.

Blogroll

About

Blogger templates

emerge © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.